Login to Facebook
Seorang Mukmin pada setiap langkahnya adalah ibadah dan setiap kata terucap adalah mutiara hikmah yang menyejukkan hati sanubari @ Insya allah dalam memeriahkan milad Forpis Al-Mizan akan dilaksanakan seminar tentang lingkungan hidup, COMING SOON ^_^
Photobucket

" Tangisan Pertama Membawa Cahaya "


Cerpenku : = Tangisan Pertama Membawa Cahaya =
Oleh : Rudi Al-Farisi

Malam yang dingin itu, lutfi masih saja asyik dengan kebiasaan lamanya. Mabuk mabukan, judi dengan ditemani wanita seksi, sudah biasa dalam kehidupannya. Disaat semua orang terlena dengan mimpi mimpi tidurnya, ia malah makin nikmat dengan permainan maksiatnya.
Tiba tiba hp nya berdering tanda sms masuk.
Sebentar kawan…ucap lutfi.
Segera pulang,
istrimu sedang dirumah sakit,
ia akan melahirkan.
Spontan ia terkejut. Lalu bergegas menghidupkan sepeda motornya. Sampai dirumah sakit. Mertuanya langsung menyemprot nya dengan bumbu bumbu ceramah. Ia tak ambil pusing, segera saja ia bertanya kepada dokter tentang keadaan istrinya.
Lutfi memang termasuk bandit. Semua orang mengetahuinya. Tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa cintanya pada sang istri yang begitu sabar menghadapi sifat bejatnya.
Pernah suatu ketika, ia tertangkap oleh polisi dan dipenjara beberapa bulan. Hanya istrinya yang selalu setia menjenguk dan membawakan makanan ke penjara. Guna menjaga gizi sang suami tercinta. Itu terjadi pada saat bulan kedua pernikahannya.
Dok. Gimana kondisi istriku…” Tanya lutfi pada dokter.
Tenang pak.. istri bapak besok akan segera kita operasi. Air ketubannya sudah kering. Sekarang kita bantu dengan infus, kita akan persiapkan semuanya. Tolong pak, diurus administrasinya”. Jelas dokter.
Baik pak.. saya minta tolong pak, berikan yang terbaik untuk istri saya..”.
Melihat suasana itu, mertuanya terlihat luluh, memang lutfi dikenal masyarakat sebagai pemuda yang brandal, mungkin karena umurnya yang masih muda, tetapi didalam relung hatinya, ia sangat mencintai istrinya.


* * * * * * * * * *

Didepan kamar operasi, keluarga dan tetangga dekat telah menunggu apa yang akan terjadi. Tiba tiba pintu ruang operasi terbuka, setelah dua jam mereka menunggu.
Siapa ayahnya,,” suara perawat memecah kerisauan.
Saya mbak..” jawab lutfi spontan.
Selamat pak,,,” anak bapak laki laki.. ucap suster.
ALHAMDULILLAHHHH”. Teriak serentak diruangan itu.
“ Istri saya gimana mbak…
“ Tenang pak,,lagi dalam pemulihan, ia tak apa apa. Masih dalam efek bius. Lebih baik bapak ikut saya keruang incubator, biar sikecil langsung di azankan. Jelas mbak perawat.
Azan”..teriak halus bibirnya.
Seketika mendengar seruan untuk mengazankan anaknya. Sontak kaki lutfi kaku bagai tak ada refleks untuk bergerak. Ia diam membisu, bibirnya gemetar, ia bingung dengan apa yang terjadi. Keluarga yang melihat kejadian itu, tidak begitu kaget, karena lutfi dikenal sebagai sosok yang tak tahu soal agama.
Sholat aja tak pernah apalagi bacaannya”. Celetuk bibir usil salah satu keluarga.
“ Ba…baik mbak..” jawab lutfi terbata.
Di ruang incubator, lutfi mengumandangkan azan ditelinga kanan putranya. Ia memang tak pernah sholat, tapi ia sering mendengar suara azan berkumandang di mesjid dekat rumahnya. Ia masih ingat nada nada seruan sholat itu, walaupun tidak tau artinya tapi ia ingat betul urutannya.
“ ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR..”
“ LAAILAHAILLALLAHU..”
Keluarga yang sedang penasaran ingin melihat sang bayi, tepat didepan pintu ruang incubator terkejut, heran, kagum, haru, menyaksikan suasana itu. Bisa juga ya… anak itu azan”. Celetuk bibir ibu mertuanya.
Lutfi yang terdiam kaku melihat wajah bayi mungil itu, tak terasa matanya basah meneteskan air bening hingga membasahi pipinya, kakinya kaku bagai dipasung, badannya oleng tak seimbang hingga akhirnya ia roboh, membentuk posisi sujud kepada Rabb nya. Ia bingung dengan kondisi dirinya.
“ apa yang terjadi…lirih hatinya kebingungan.
Keluarganya diluar lebih kaget melihat lutfi dengan posisi sujud itu. Adik ipar yang hendak masuk untuk menolong abang iparnya itu dilarang pak mansyur tetangga lutfi yang ikut menjeguk.
Biarkan saja, hidayah ALLAH sedang berproses pada dirinya. Jawab pak mansyur, takmir mesjid dekat rumahnya.
Keluarga, tetangga dan para penjeguk dari teman temannya, haru terdiam melihat suasana itu. Malah ibu mertuanya menangis menyaksikan peristiwa itu.
Lutfi masih sujud, air matanya sudah menggenangi lantai ruangan itu. Sudah sepuluh menit ia dibiarkan begitu, tubuhnya yang masih lemas tiba tiba bangkit mendengar tangisan putranya, seakan putranya tahu kondisi ayahnya. Dan menangis memecah suasana. Tangisan itulah yang membawa cahaya bagi hidupnya.






Sekian….Terima kasih,,,
Salam,
Rudi Al-Farisi
Penulis Cerpen dan Novel
Tinggal di Riau
11 Januari 2005

Read More......

Trik-Trik Syaitan Dalam Menggoda Anak Manusia


Mukaddimah

Kisah berikut ini kami ambil dari buku yang nanti akan kami sebutkan di akhir tulisan. Namun, karena terkait dengan kualitas hadits; apakah ia hadits yang shahih atau tidak, maka perlu kami berikan sedikit penjelasan.

Yaitu, bahwa mengenai kisah ini terdapat banyak versi dan penafsirannya dapat diambil dari tafsir terhadap ayat 16 surat al-Hasyr.

Dalam hal ini, sedikit kami ketengahkan perkataan Ibn Katsir dalam tafsirnya terhadap ayat tersebut, “Yakni seperti orang-orang Yahudi yang tergiur oleh rayuan orang-orang Munafik yang menjanjikan kemenangan dan pertolongan mereka, namun tatkala mereka (orang-orang Yahudi) benar-benar dikepung kaum Muslimin dan terjadi peperangan; orang-orang Munafik tersebut meninggalkan mereka sendirian menghadapi kebinasaan. Permisalan mereka dalam hal ini seperti permisalan syaithan tatkala menggoda manusia agar kafir –wal ‘iyaadzu billah- di mana bila ia (manusia) sudah masuk ke dalam perangkapnya, ia pun berlepas diri darinya dan kabur seraya berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.’”

Ibn Katsir melanjutkan, “Berkenaan dengan ayat ini, sebagian mereka (para mufassir-red.,) menyebutkan sebuah kisah sebagian dari para ahli ibadah yang berasal dari kalangan Bani Israil, yang merupakan contoh bagi permisalan ini bukan sebagai yang dimaksudkan (dikehendaki) dalam penafsiran ayat ini, bahkan ia termasuk darinya beserta kisah nyata lainnya yang mirip dengannya…” (Tafsir Ibn Katsir, Jld.IV, h.436-438)

Dengan demikian, berdasarkan pernyataan Ibn Katsir tersebut, maka kisah yang akan diketengahkan berikut ini juga termasuk salah satu contoh (bukan maksud dari tafsir ayat tersebut) betapa syaithan menggunakan berbagai trik untuk menggoda manusia sehingga pada akhirnya mengikutinya dan terjerumus ke dalam perangkapnya (kafir kepada Allah) kecuali orang-orang yang dirahmati Rabb. Wallahu a’lam.

Jalan Cerita

Ada seorang ahli ibadah (‘Abid) dari kalangan Bani Israil, yang merupakan ahli ibadah pada masanya.

Tersebutlah tiga bersaudara yang memiliki satu-satunya saudara perempuan yang masih perawan. Suatu ketika, ketiga orang ini ingin pergi ikut berjihad di jalan Allah namun mereka tidak tahu kepada siapa saudara perempuan mereka itu akan dititipkan dan mendapatkan tempat yang aman padahal orang tua mereka sudah meninggal dunia. Lalu bersepakatlah mereka untuk menitipkannya kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil tersebut sebab hanya dia yang mereka percayai.

Karena itu, mereka mendatangi orang tersebut dan memintanya agar bersedia menerima titipan saudara perempuan mereka tersebut sehingga ia bisa tinggal dulu di sampingnya hingga mereka pulang kembali dari perjalanan namun si ahli ibadah ini menolaknya dan berlindung kepada Allah dari mereka dan sikap mereka tersebut. Karena terus didesak dan mereka tetap ngotot, akhirnya dia pun bersedia menerima seraya berkata, “Tolong inapkan dia di sebuah rumah di dekat tempat ibadah yang khusus untukku.” Maka mereka pun membawanya ke tempat itu, kemudian berangkat dan meninggalkannya.

Wanita, saudara perempuan ketiga orang itu pun menginap di rumah sang ahli ibadah itu hingga beberapa masa. Selama itu, dia turun dari tempat ibadahnya (yang berada di atas dan berdampingan dengan rumah di mana wanita itu tinggal) untuk memberinya makan, memanggilnya, lalu wanita itu keluar untuk mengambil makanan yang diletakkannya di suatu tempat.

Maka, syaithan pun memainkan perannya; pertama-tama ia pura-pura peduli dengan si ahli ibadah ini dengan mensugestinya terus agar berbuat baik, akan tetapi ia menyayangkan keluarnya si wanita itu dari rumahnya pada siang hari dengan menakut-nakutinya bahwa cara seperti itu bisa saja dilihat seseorang lalu tertarik pada wanita itu. Dia lalu menganjurkan, “Andaikata kamu sendiri yang berjalan dan meletakkan makanannya di pintu rumah, tempat si wanita itu, tentulah pahalanya bagimu lebih besar.” Si Iblis terus menggodanya dengan hal itu hingga akhirnya, si ahli ibadah itu mengikutinya. Dia datang ke rumah, tempat wanita itu menginap, membawa makanan itu sendiri dan meletakkannya di depan pintunya namun tidak berbicara sepatah kata pun dengannya. Kondisi ini berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis itu datang lagi seraya mensugestinya untuk senantiasa berbuat kebaikan sehingga mendapatkan pahala. Dia berkata, “Andaikata kamu berbicara dengannya sehingga dia bisa merasa terhibur denganmu. Sebab ia tentu dicekam kesepian yang amat sangat.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia berani mengajak si wanita itu berbicara sekalipun sembari melihat dari tempat ibadahnya yang berada di bagian atas.

Setelah itu, Iblis mendatanginya lagi seraya berkata, “Andaikata kamu menghampirinya dengan duduk di pintu tempat ibadahmu seraya mengajaknya berbicara sementara ia juga duduk di pintu rumahnya sambil berbicara denganmu, tentulah ini lebih baik dan lebih membuatnya terhibur (tidak kesepian).” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia pun turun dan duduk di pintu tempat ibadahnya sambil mengajak berbicara si wanita itu yang juga keluar dari rumahnya sambil duduk di pintunya guna meladeninya berbicara. Kondisi ini pun berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis itu datang lagi seraya tidak lupa mensugestinya untuk berbuat kebaikan dan meraih pahala terhadap apa yang dilakukannya. Ia bertutur, “Andaikata kamu keluar saja dari tempat ibadahmu itu, kemudian duduk di dekat pintu rumahnya lalu mengajaknya bicara tentulah akan lebih membuatnya merasa terhibur lagi dan akan lebih baik baginya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia melakukannya juga. Kondisi itu pun berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis datang lagi sembari terus mensugestinya untuk berbuat kebaikan. Ia berkata, “Andaikata kamu mendekatinya dan duduk di samping pintu rumahnya lalu berbicara dengannya tetapi dia tidak usah keluar dari rumahnya, tentu lebih baik.” Maka dia pun melakukannya; turun dari tempat ibadahnya, berdiri di depan pintu si wanita itu lalu berbicara dengannya. Kondisi ini berjalan untuk beberapa waktu.

Setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata, “Andaikata kamu masuk bersama-sama dengannya lalu berbicara akan tetapi dia tidak usah menampakkan wajahnya kepada siapapun, tentulah lebih baik bagimu.” Iblis terus menggodanya hingga si ahli ibadah ini pun memasuki rumah si wanita lalu mengajaknya berbicara sepanjang siang hari itu dan begitu siang sudah habis, ia kembali naik ke tempat ibadahnya.

Keesokan harinya, Iblis datang lagi dan terus membuatnya terbayang-bayang dengan si wanita tersebut hingga akhirnya si ahli ibadah berani memegang pahanya dan menciumnya. Iblis terus memperdayanya dengan membuat hal demikian elok di hadapan matanya dan menggodanya hingga akhirnya dia berbuat zina dengan wanita itu dan menghamilinya. Wanita itu pun kemudian melahirkan anak dari hasil hubungan gelap mereka.

Tak berapa lama setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata kepada si ahli ibadah, “Menurutmu, apa yang dapat kamu perbuat bila saudara-saudara si wanita itu datang lalu mendapatinya telah melahirkan seorang anak? Tidak, Aku tidak dapat menjamin bahwa ia (wanita) tidak membuka rahasia terhadap aib itu atau pun mereka nantinya berhasil menyingkap aibmu. Karena itu, pergilah ke anak itu lalu goroklah dia dan kuburkan, pasti ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara karena takut saudara-saudaranya akan berbuat kasar terhadapmu begitu mengetahui apa yang telah kamu lakukan terhadapnya.” Maka, si ahli ibadah ini pun menuruti saja bujukan Iblis itu dengan membunuh anak hasil hubungannya dengan wanita tersebut.

Kemudian Iblis berkata lagi, “Menurutmu, apakah ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara kepada saudara-saudaranya mengenai perlakuanmu terhadapnya dan anaknya yang telah kamu bunuh? Tidak, karena itu, singkirkan dan goroklah dia lalu kuburkan bersama anaknya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya ia pun menggorok wanita itu dan membuang kedua mayat itu ke dalam sebuah lubang, lalu menyumbatnya dengan batu besar kemudian tanahnya diratakan kembali. Setelah itu, ia naik ke tempat ibadahnya seraya terus melakukan ritual. Kondisi ini berlangsung beberapa lama hingga kemudian saudara-saudara wanita itu pulang dari berperang. Mereka datang seraya menanyakan keadaan saudara perempuan mereka. Namun, si ahli ibadah ini dengan mimik sedih menyampaikan bela sungkawanya kepada mereka atas kematiannya dan mendoakan semoga Allah merahmati arwahnya.

Mendengar kejadian itu, mereka berniat tinggal beberapa hari di kuburannya, untuk kemudian kembali menemui sanak saudara mereka.

Begitu malam tiba dan mereka sudah tertidur pulas, datanglah syaithan dalam mimpi mereka menyamar sebagai seorang laki-laki yang sedang bepergian. Lalu ia memulai pertanyaannya kepada kakak sulung dari tiga bersaudara tersebut mengenai kondisi saudara perempuan mereka. Maka si kakak sulung itu memberitahukan kepadanya seperti yang telah dikatakan si ahli ibadah itu mengenai kematiannya, bagaimana dia berbelasungkawa dan menunjukkan lokasi dikuburkannya saudara perempuan mereka tersebut, akan tetapi syaithan –yang menyamar tersebut- menyangkal ucapan si ahli ibadah dan menganggapnya telah berdusta, seraya berkata, “Ia tidak berbicara jujur pada kalian mengenai saudara perempuan kalian tersebut. Sebenarnya, dia telah menghamilinya lalu lahirlah seorang anak, kemudian si ahli ibadah itu menggoroknya dan anak itu karena takut kepada kalian, setelah itu, dia melempar keduanya ke dalam lubang yang digalinya di belakang pintu rumah tempat tinggal sudara wanita kalian itu, tepatnya di sebelah kanan orang yang masuk ke sana. Pergilah ke sana, lalu masuklah ke rumah itu, pasti kalian akan menemukan mayat keduanya sebagaimana yang telah aku beritahukan kepada kalian ini.”

Iblis kemudian mendatangi mimpi saudara nomor dua mereka dan mengatakan kepadanya persis seperti yang dikatakannya kepada kakak sulung mereka, kemudian ia datang lagi ke dalam mimpi si bungsu dan mengatakan hal yang sama.

Tatkala bangun, mereka tertegun-tegun terhadap apa yang masing-masing mereka lihat dalam mimpi. Akhirnya masing-masing bertemu dan berkata kepada saudaranya, “Semalam aku melihat sesuatu yang aneh di dalam mimpi.” Masing-masing saling menceritakan apa yang dilihatnya.

Maka, berkatalah si kakak sulung, “Ini hanyalah mimpi belaka, tidak akan ada apa-apa. Ayo kita berangkat dan anggap saja hal ini sebagai angin lalu.”

“Demi Allah, aku tidak akan berangkat hingga mendatangi tempat tersebut lalu melihat apa yang ada di dalamnya,” kata si bungsu.

Akhinrya, mereka semua menuju ke rumah di mana saudara perempuan mereka pernah tinggal tersebut. Mereka buka pintunya dan mencari lokasi seperti yang disebutkan di dalam mimpi mereka. Ternyata, mereka mendapati saudara perempuan mereka dan anaknya dalam kondisi tergorok di dalam sebuah lubang sebagaimana yang dikatakan kepada mereka dalam mimpi itu. Lalu mereka menanyakan kebenaran hal itu kepada si ahli ibadah, maka ia pun membenarkan apa yang dikatakan Iblis pada mereka di dalam mimpi itu berkenaan dengan apa yang telah diperbuatnya terhadap ke-dua orang tersebut (si wanita dan anaknya).

Mereka kemudian mengangkat perkara tersebut kepaada raja, menurunkannya dari tempat ibadahnya dan menghadirkannya untuk disalib. Tatkala mereka telah mengikatnya di atas kayu untuk dibunuh, datanglah Iblis menjumpai si ahli ibadah itu seraya berkata, “Aku lah temanmu yang tempo lalu telah mengujimu dengan wanita tersebut sehingga ia hamil dan anaknya engkau bunuh. Jika sekarang ini kamu mau patuh padaku dan kafir terhadap Allah Yang menciptakan serta membentukmu, aku akan menyelematkanmu dari kondisimu saat ini.” Maka, si ahli ibadah itupun menjadi kafir kepada Allah. Tatkala ia telah menyatakan kekafirannya, syaithan pun lari dan membiarkan urusannya dengan orang-orang diselesaikan sehingga mereka pun menyalibnya, lalu ia pun dibunuh.

Dan ayat yang berkenaan dengan kejadian ini sebagai permisalan adalah firman-Nya, “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaithan ketika dia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu.’ Maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim.” (Q.s.,al-Hasyr:16-17)

(SUMBER: Mi`ah Qishshah Wa Qishshah, Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin, karya Muhammad Amin al-Jundy, h.20-25)


Read More......

Betapa Mahalnya yang Bernama Hidayah


Dan dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

“Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari Ar Rohman laksana satu hati Ia bolak-balikkan hati tersebut sekehandaknya.” Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati palingkanlah hatiku untuk mentaati-Mu”

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya):
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,


ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (QS. Al-Anfal : 24)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. Al-An’am : 110)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf : 99)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Ash-Shaf : 5)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): “Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?” Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti. (QS. At-Taubah : 127)

Dan dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

“Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari Ar Rohman laksana satu hati Ia bolak-balikkan hati tersebut sekehandaknya.” Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati palingkanlah hatiku untuk mentaati-Mu”

Dan di dalam Sunan At Tirmidzi dari Ummu Salamah Radiyallahu ‘anha beliau berkata(yang artinya) :
“Doa yang sering dibaca Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam wahai Dzat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agamamu”

Dan dari Nawwas bin Sam’an ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Tidaklah ada satu hatipun melainkan berada diantara dua jemari dari jari jemari Ar Rahman bila ia kehendaki, Ia akan meneguhkannya dan bila Ia kehendaki, Ia akan menyesatkannya.” (diriwayatkannya oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad dan Ibnu Majah. Dishohihkan oleh syaikh Albani)

Dan dari Abu Musa Al Asy’ari ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :
“Sesungguhnya hati ini laksana bulu ditengah padang pasir tandus yang dibolak-balikkan oleh angin”

Ibnu Abi Ashim mengeluarkan dalam kitabnya As Sunnah dari Aisyah bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sering membaca doa يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى د ينـــك (Wahai Dzat yang meneguhkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu) aku pun bertanya: ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau sering membaca doa ini, apakah engkau merasa khawatir?” beliau menjawab: “Ya, lalu apa yang membuat aku merasa aman wahai Aisyah sementara hari para hamba berada diantara dua jari jemari Ar Rohman”

Maka bila engkau telah mengetahui bahwasanya hati para hamba berada diantara dua jari dari jari jemari Ar Rohman, Ia bolak-balikkan sekehandaknya dan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam -padahal beliau adalah makhluk yang paling utama – doa yang sering beliau baca adalah :

يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
“Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu”

maka bagaimana diperkenankan bagi seorang yang berakal untuk mengatakan : “Saya akan belajar dipangkuan ahlul bid’ah dan saya akan menjaga hatiku dari kesesatan dan penyimpangan”, karena setiap penyimpangan dan petunjuk itu memiliki sebab-sebab yang menghantarkan kepada-Nya. Maka bila engkau menempuh jalan-jalan penyimpangan dan kesesatan – dan diantara sebab terbesar untuk hal itu adalah belajar dipangkuan ahlul bid’ah – niscaya hatimu akan menyimpang dan engkau tersesat dari jalan yang lurus. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman(yang artinya) :

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka (As-Shaff : 5)

Namun bila engkau meminta pertolongan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan menempuh jalan-jalan petunjuk dan bimbingan, niscaya hatimu akan tetap istiqomah dengan izin dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan engkau pun berada di jalan yang lurus. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menyelamatkan kita dari penyimpangan dan kesesatan serta sebab-sebab yang menghantarkan kepadanya. Dan Allah lah Dzat yang dimintai pertolongan.

Read More......

Dakwah Adalah Cinta


Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.

In memoriam Ust. Rahmat Abdullah

sumber : http://supermenbanget.wordpress.com/2009/02/09/dakwah-adalah-cinta/

Read More......